Jepang mendidik rakyatnya untuk menjadi jujur dan kerja keras melalui berbagai cara, salah satunya adalah pendidikan moral atau Doutoku-kyoiku yang diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan. Nilai-nilai kejujuran dan kerja keras juga tertanam dalam etos kerja Jepang yang kuat, seperti kedisiplinan, menghargai waktu, dan prinsip perbaikan terus menerus (Kaizen).
Berikut elaborasi lebih lanjut :
1. Pendidikan Moral (Doutoku-kyoiku)
Pendidikan moral atau Doutoku-kyoiku menjadi bagian penting dalam sistem pendidikan Jepang.
Melalui pendidikan ini, karakter bangsa Jepang yang dikenal disiplin, ulet, jujur, pekerja keras, dan memiliki toleransi tinggi, dibentuk. Pendidikan ini diintegrasikan ke dalam kurikulum dan mata pelajaran, sehingga tidak terpisahkan.
2. Etos Kerja Jepang
Orang Jepang dikenal sangat disiplin dan menghargai waktu.
Mereka memiliki kebiasaan untuk mengikuti rutinitas yang ketat dan menghargai waktu.
Prinsip perbaikan terus menerus (Kaizen) mendorong orang Jepang untuk selalu mencari cara untuk meningkatkan diri, pekerjaan, dan lingkungan mereka.
Kode etik kesatriaan (Bushido) juga memberikan nilai-nilai seperti kesetiaan, kehormatan, dan kejujuran yang menjadi landasan etos kerja.
Makoto yang berarti kejujuran dan ketulusan, juga merupakan prinsip penting dalam bekerja.
Semangat “ganbatte kudasai” (berjuang) juga menjadi semangat pantang menyerah dalam bekerja.
3. Budaya Malu
Budaya malu di Jepang berperan dalam menumbuhkan rasa tanggung jawab dan perbaikan diri.
Orang Jepang cenderung merasa malu jika gagal dan dapat mengundurkan diri dari jabatan yang diemban.
Dengan kombinasi dari pendidikan moral, etos kerja yang kuat, dan budaya malu, Jepang telah berhasil membentuk masyarakat yang jujur, pekerja keras, dan berdedikasi dalam berbagai bidang.
Ditulis oleh: Syarif Bastaman, Pinisepuh MMS